Sabtu, 09 April 2011

KEKERASAN PELAJAR

Suatu idiom yang sering kita dengar ketika ingin menyampaikan pesan bahwa apa yang dilakukan oleh seorang pendidik akan diikuti oleh murid melebihi apa yang mereka lakukan. Seorang pendidik menjadi panutan bagi anak didik mereka, apabila pendidiknya baik maka anak didiknya akan lebih baik lagi tetapi apabila pendidiknya jelek maka anak didiknya akan lebih jelek lagi.
 
Tindakan untuk memberikan hukuman kepada siswa secara fisik sangat beragam, dari diperintahkan untuk push up, lari keliling lapangan, dijemur hingga pemukulan, secara teori pendidikan tindakan hukuman fisik yang diberikan kepada siswa sangatlah tidak mendidik dan tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan, hukuman fisik tidak menjadikan siswa lebih cerdas dan mematuhi aturan yang ada tetapi merupakan suatu bentuk pembodohan bagi pelajar.

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pendidik akhirnya akan menjadi contoh para pelajar untuk juga melakukan tindakan kekerasan untuk menyelesaikan suatu masalah atau hal-hal yang menurut mereka harus diberikan hukuman, bukanlah diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan humanis.

Ditahun-tahun lalu pun kita seringkali melihat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar atau oleh pendidik, baik itu perkelahian masalah antar sekolah seperti tawuran yang terjadi tanpa ada sebab yang jelas hingga adanya geng-geng pelajar yang sering melakukan tindakan kekerasan, seperti geng NERO, yang anggotanya adalah pelajar puteri

Kenapa tindakan-tindakan kekerasan itu bisa terjadi dikalangan pelajar yang notebonenya adalah generasi bangsa yang akan mengambil alih tampuk kepemimpinan nantinya, apabila sekarang mereka sudah terbiasa dengan tindak kekerasan, kita tidak akan dapat membayangkan bagaimanan jadinya bangsa ini nantinya.

Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelajar tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba saja, pasti ada akar permasalahan, kenapa pelajar suka melakukan tindakan kekerasan, maka banyak indikasi yang di dapat, antara lain :

1.Bahwa perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan televisi.

Kalau berdasarkan research yang ada maka sudah sangat wajar kalau banyak pelajar melakukan tindak kekerasan karena ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisi (film maupun sinetron) yang menayangkan tindakkan-tindakan kekerasan.

Selain tontonan melalui film, tindakan kekerasan pun dapat dilihat dari permainan-permainan melalui play station yang banyak juga menampilkan perilaku-perilaku kekerasan. Sehingga ketika telah terlalu lama disaksikan akan membentuk saraf bawah sadar pelajar untuk melakukan tindakan kekerasan yang mereka lihat.

2. Pembinaan dikeluarga yang tidak maksimal, para pelajar yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tuanya akan mencari perhatian diluar rumah atau pelajar yang terlalu diperketat dengan aturan-aturan orang tua yang menurut mereka sangat berlebihan sehingga mengekang ekspresi diri mereka yang sedang mengalami masa-masa untuk mencari identitas diri.

Ketidak maksimalan pembinaan oleh orang tua bisa diakibatkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua dengan kerja mereka sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak mereka. Pikiran orang tua bahwa dengan memenuhi kebutuhan materi anak-anak mereka itu sudah memberikan kebahagian.

Tetapi kenyataannya pemikiran ini adalah salah, karena kebahagian seorang anak tidak hanya didapat melalui kebutuhan materi tetapi ada juga kebutuhan untuk disayangi dan kebutuhan untuk diperhatikan, ketika kasih sayang yang mereka dapatkan di keluarga hal itu dapat menular dalam pergaulannya di sekolah, anak-anak yang mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka, tidak akan menyukai tindakkan kekerasan.

3. Tidak optimalnya para pendidik memberikan pola pendidikan kepada para anak didiknya, ketidak optimalan ini dapat dilihat dengan tidak fokusnya para pendidik dalam mengabdikan dirinya sebagai seorang pendidik, mereka masih mengangap bahwa menjadi guru merupakan profesi atau pekerjaan bukan sebagai wujud pengabdian dan pembinaan kepada generasi muda yang berasal dari panggilan jiwa. Sehingga perilaku seorang guru tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik yang mengajak para anak didiknya untuk berbuat suatu kebaikan, sehingga wajar perilaku kekerasan sering kali dilakukan oleh seorang guru kepada anak didiknya.

Para pendidikan dimata anak didiknya bagaikan monster yang ditakuti bukan untuk dihormati, hal ini disebabkan oleh pendidik yang tidak menjadikan anak didik sebagai subjek pendidikan yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban seperti mereka, sebagai contoh adalah perlakuan diskriminatif antara guru dan pelajar, dimana apabila pelajar melakukan kesalahan sedikit saja, seperti tidak memakai atribut sekolah yang lengkap sesuai aturan atau datang terlambat mereka pasti akan dihukum tetapi apabila itu terjadi dengan guru maka tidak ada hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar